Thursday, July 30, 2009

WAWASAN PSIKOLOGI ISLAMI

A. Psikologi Islami Sebuah Nama
Berlainan dengan sikap skeptis terhadap nama yang tercermin dalam sebuah pertanyaan termasyhur “What’s in a name” Dalam salah satu drama klasik shekes pear, Hellen Keller seorang cendikiawati penyandang cacat ganda, tunanetra, tunarungu dan tunawicara, mengalami sendiri betapa pentingnya nama. Dalam “Everything has a name” Ia menulis betapa cakrawala pemikirannya menjadi terbuka luas saat menyadari bahwa segala sesuatu ada namanya.
Islam pun memandang nama sangat penting. Nama identik dengan terminology, dan terminology Ekuivalen dengan konsep, sedangkan kondep merupakan produk penting dari akal budi manusia. Melalui sebuah nema sering kita mendapat gambaran mengenai karakteristik sesuatu, minimal mengetahui apa dan siapa yang diberi nama itu. Pemberi nama berarti memberi identitas yang manandakan eksisnya sesuatu. Dengan demikian “ What’s in a name?” sebagai sub-judul tulisan ini sama sekali tidak skeptis terhadap Psikologi Islami, tetapi merukan ajakan serius untuk bersama-sama memikirkan unsur-unsur penting yang menjadi pilar Psikologi Islami.
PSIKOLOGI ISLAM. Dengan menunjang nama ini diharapkan secara langsung trgambar karakteristik dan identitasnta yang semuanya bermuara pada nialai-nilai Islami. Dan sebagai wadah yang masih menanti kelngkapan isi, rasa-rasanya nama itu lebih luwes dan luas ketimbang nama-nama lain untuk sebuah gerakan islamisasi psikologi yang saat ini yang memerlukan kesepakatan lebih lanjut dari para psikolog muslim mengenai wawasan, landasan, rumusan, ruang lingkup, fungsi, tujuan dan metodeloginya.
B.Psikologi Islami Wawasan dan landasan
Dalam QS. Al-fushshilat (41) ayat 53 berfirman Allah SWT:
Kami akan memperlibatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) kami di sebenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al- qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu itu cukup (bagimu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?
Dari firman Rabbani itu tersirat ada tiga ragam ayat Tuhan sebagai tanda keagunganNya yakni:
a. Ayat-ayat Qur’ani: diwahyukan dalam bahasa manusia kepada Rasul (Muhammad SAW), kemudian dituliskan dan dihimpun berupa kitab suci (al-Qur’an Karim).
b. Ayat-ayat Aafaaqi: ketentuan Tuhan yang ada dan bekerja pada alam semesta, khususnya alam fisik.
c. Ayat-ayat Nafsani: ketentuan Tuhan yang ada dan bekerja pada diri manusia, termasuk kejiwaanya.
Ayat-ayat aafaaqi dan ayat-ayat nafsani lazim disebut sunatullah, yakni ayat-ayat Tuhan yang “tertulis” dalam semesta ciptaanNya dan berproses di dalamnya berupa The law of nature atau Hukum Alam (H ukum Allah).
Dalam hal ini psikologi harus dilihat sebagai upaya manusia untuk membuka rahasia sunatullah yang bekerja pada diri manusia (ayat-ayat nafsani), dalam artian menemukan berbagai asas, unsure, proses, fungsi dan hokum-hukum mengenai kejiwaan manusia.
Berbeda dengan psikologi kontemporer-sekuler yang dapat dikatakan menggunakan semata-mata kemampuan intelektual untuk menemukan dan mengungkapkan asas-asas kejiwaan, psikologi islami mendekatinya dengan memfungsikan akal dan keimanan sekaligus, yakni menggunakan secara optimal daya nalar yang obyektif-ilmiah dengan metodologi yang tepat, di samping merujuk pada petunjukNya mengenai manusia yang tertera dalam al-Qur’an Maha benar dan al Hadits yang absah serta pandangan para ulam yang teruji. Dengan demikian landasan psikologi Islami adalah ayat-ayat Qur’ani dan ayat-ayat nafsani yang dukung mendukung asas-asas keagamaan dan temuan-temuan iptek di bidang kemanusiaan.
Psikologi Islami adalah psikologi, dan ia adalah sains yang mempunyai persyratan-persyaratan ketat, sebagai sains. Scientific merupakan cirri utama psikologi Islami, karena ia adalah Science, dalam psikologi Islami sama sekali tidak ada pencampurbauran antara psikologi dengan agama atau produksian fenomena keagamaan menjadi semata-mata proses psikologi.

B. Tujuan dan fungsi-fungsinya
Ilmu pengetahuan secara sains mempunyai tiga fungsi utama yaitu:
1. Fungsi pemadaman (understanding), memahami seperti apa adanya dan dapat memberikan penjelasan yang benar, masuk akal dan islamiah mengenai berbagai gejala alam dan peristiwa yang berkaitan denga kehidupan manusia,eksistensi dan relasi antar manusia.
2. Fungsi pengendalian (control) memberi arah yang tepat-guna dan berhasil-guna untuk berbagai kegiatan manusia, serta memanfaatkan temuan-temuan ilmiah secara benar untuk meningkatkan kesejahtraan hidup manusia dan pengembangan ilmu dan teknologi. Di samping itu mencegah panyalah gunaan asas-asas dan temuan-temuan sains dan salah menggunakan penerapan teknologi, serta turut menanggulangi kerugian-kerugian yang ditimbulkannya.
3. Fungsi peramalan (prediction) memberi gambaran mengenai kondisi kehidupan di masa mendatang serta memperkirakan hal-hal yang akan terjadi pada priode waktu tertentu. Peramalan tentang keadaan mendatang diperoleh berdasarkan data akurat yang tersedia waktu ini yang diolah melalui metodelogi dan prosedur ilmiah.
Ketiga fungsi tersebut berlaku sepenuhnya bagi psikologi, ia diharapkan dapat menerangkan berbgai gejala prilaku manusia dan corak prilaku manusia serta kehidupannya,disamping dapat memanfaatkan hasil-hasil temuan psikologi untuk meningkatkan kesehatan mental dan kesejahtraan hidup manusia, serta mencagah adanya malpraktek dan mengatasi efek-efek negatif.
Disamping itu pada dasarnya tujuan psikologi dapat menunjang tujuan utama psikologi, dalam perkembangan kondisi kesehatan mental pada diri pribadi dan masyarakat, yang tolak ukurnya mencakup sebagai berikut:
 Bebas dari gangguan dan penyakit kejiwaan
 Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya
 dapat merealisasikan berbagai potensi, seperti kemampuan,bakat, sikap, sifat, keterampilan dan lingkungan menjadi benar-benar aktuan dan bermanfaat.
Psikologi sangat erat kaitannya dengan nilai-nilai Islami, dan pengembangannya ada pada tahap awal, maka psikologi Islami sekurang-kurangnya perlu menambah dengan dua fungsi lainnya, yaitu: fungsi pengembangandan fungsi pendidikan.
a. Fungsi pengembangan (development)
psikologi Islami, menyusun tiori-tiori baru, menyempurnakan metodelogi dan menciptakan secara kreatif berbagai tehnik dan berbagai pendekatan psikologis.Salah satu usaha psikologi dalam pengembangan ilmu adalah dengan melakukan pembandingan (komparasi) antara psikologi modern dengan tema-tema dengan kemanusiaan yang dijabarkan dari al-Qur’an, al-Hadist dan pandangan para ulama.
Selain itu perkembangan psikologi Islami dapat diusahaka melalui penelitian empiris yang berkaitan dengan kehidupan kebaragamaan atau penelitian tentang praktek ibadah yang buktinya dapat terbukti dalam kaimanan dan ketakwaan seseorang, psikologi ini sering dilakukan oleh psikologi Transpersonal dalam meneliti potensi luhur manusia.
b. Fungsi pendidikan (education)
Hakekat pendidika adalah meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, misalnya dari keadaan tidak tahu manjadi tahu, dari baik menjadi baik. Dalam melaksanakan fungsi pendidikan ini disarankan agar psikologi Islami menjabarkan dan memaparkan prinsip pengubahan prinsip manusia seperti yang tercantum dalam Q.S al-Ra’d (13) ayat11
Tujuan dari psikologi Islami itu sendiri memiliki misi utama, yang bukan hanya untuk mmengembangkan kesehatan mental pada diri pribadi dan masyarakat, melainkan juga meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Esa. Denagn demikian tujuan psikologi Islami adalah membantu orang-orang manjadi sehat mentalnya dan sekaligus meningkatkan keimanan dan ketakwaannya, menjadi mukmin dan muttaqin.
Jangkauan psikologi Islami lebih luas, antara lain dalam fungsi dan tujuan serta ruanglingkupnya. Kalau fungsi psikologi umunya hanya berkisar sektar pemahaman, pengendalian, dan peramalan, psikologi Islami manambahnaya dengan fungsi pengembangan ilmu dan pendidikan. Selain itu tujuan psikologi untuk pengambangan mental yang sehat pada diri pribadi dan masyarakat, dilengkapi psikologi Islami dengan inti kesehatan mental dan iman takwa kepada Tuhan.

TUJUAN.
 Untuk mengetahui wawasan dan landasan psikologi
 Untuk mengtahui dan fungsi-fungsi psikologi
 Dapat mengetahui Ruang lingkup psikologi
 Untuk mengetahui metode ilmiah yang ada pada psikologi.

DAFTAR PUSTAKA.
 Hanna Djumhana Bataman, Integrasi psikologi dengan Islam, Pustaka pelajar, Yogyakarta, 2001.
 Al-Ghazali, Dimensi psikologi dari ajaran Al-Ghazali mengenai manusia, Pramadina, Jakarta, 1994
 Jurnal ulumul Qur’an, Corak Filosofis psikologi Islam, 1993.

1 comment: