Thursday, July 30, 2009

Agama dan Ekonomi

Agama adalah aturan untuk mendapatkan kebaikan atau seorang menjadi mulia dan juga menjadikan manusia beradab. Agama in tela ada sejak awal sejarah permulaan umat manusia dimuka bumi ini, baik dari agama wahyu ataupun dari adat istiadat / aturan suatu masyarakat yag disebut religi. Setiap orang pasti memeluk sutu agama dan tidak mungkin seorang manusia pun tidak mempunyai agama dan tidak memeluk agama.setiap agama pasti membawa ajaran dan agamanya tersebut dapat mempengaruhi dalam kehidupan. Ajaran dari agama itu adalah ibadah yang harus dilakukan oleh setiap pemeluknya, ibadah ini bukan hanya bersipat mahdah saja,tetapi berusaha mendapatkan usaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yaitu ibadah ghair mahdah.
Hal ini sesuai dengan perintah agama, berdagang adalah merupakan kegiatan ekonomi. Nabi Muhammad sebelum diangkat menjadi seorang Rasul beliau bekerja sebagai seorang pedagang. Menurut beliau modal utama dalam berdagang adalah kejujuran. Kejujuran adalah sebuah prilaku yang dianjurkan oleh ajaran agama dalam mempertinggi kualitas hidup manusia terhadap manusia lagi.
Keshalehan dibalik semangat berdagang
Keshalehan merupakan tingkatan yang sangat mulia dalam ajaran agama islam. Karena dengan keshalehan orang dapat mentaati apa yang dianjurkan oleh ajaran agama seperti dalam bekerja keras. Dalam agama Islam bekerja keras itu sangat dianjurkan seperti apa yang telah disunnahkan oleh Nabi Muhammad SAW. Dalam membahas tentang bekerja keras dapat dilihat dari studi kasus yang terjadi pada sesorang yakni tepatnya di suryalaya Tasikmalaya. Ada sebuah syair yang selalu diucapkan dalam mengawali suatu pekerjaan yang ia lakukan:
Ya Allah Ya Rabbi
Berilah saya untung yang lebih
Agar bisa
Pergi kehaji
Ziarah kekuburan Nabi
(syair lama Betawi)
syair itu merupakan suatu interpretasi kreatif mengenai hubungan antara ajaran-ajaran keagamaan dan tingkah laku ekonomi. Penjelasan syair itu adalah: untung yang lebih untuk menunjukan suatu aspek didunia perdagangan yang tidak bisa ditinggalkan. Sedang berziarah kekuburan Nabi merupakan suatu ekspresi cultural, atau lebih tepatnya disebut ekspresi tradisional, yang berasal dari ideology keagamaan. Dengan demikian kita dapat menyimpulkan bahwa hubungan antara ajaran-ajaran keagamaan dan tingkah laku ekonomi dalam masyarakat suryalaya merupakan cara yang bersifat simbolis, seperti yang terlihat dari syair yang diatas.
Konsep kerja keras di Suryalaya
Untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya orang rela berbuat apa saja, tekanan ekonomilah yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan hal-hal yang bertolak belakang dengan dirinya sendiri dengan tujuannya hanya satu, yaitu hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya siapapun dan dimanapun. Karena dengan bekerja keras akan terlepas dari kesulitan hidup.
Kebutuhan materi amatlah penting dalam kehidupan, dan agamapun merupakan suatu kebutuhan yang sama pentingnya. Maka dalam hal ini perlu adanya keseimbangan untuk dapat memenuhi dua kebutuhan tersebut. Orang Islam yang ideal bukanlah hanya bersembahyang saja, akan tetapi harus diimbangi dengan bekerja keras dan berdoa. Konsep kerja keras dalam pandangan masyarakat Suryalaya, diantaranya Haji Saptir mengatakan bahwa kerja keras adalah salah satu ajaran Islam. Menurutnya dalam ajaran Islam berisi semangat untuk bekerja keras seperti yang ada dalam gagasan orang Barat bahwa waktu adalah uang (time is money). Dalam hal ini dikatakan konsep bekerja keras adalah manifestasi terpenting dari ibadah. Menurut istilah Guntur kerja keras merupakan bagian dari ibadah sosial.
Gagasan mengenai Hemat di masyarakat Suryalaya
Mengenai konsep bagi masyarakat Suryalaya merupakan hal yang sangat penting agar suatu usaha tidak mengalami kebangkrutan. Dalam hal ini hemat bukan berati pelit atu kikir akan tetapi, menempatkan pengeluaran sesuai dengan kebutuhan yang sangat diperlukan. Karena hemat adalah kunci dari kesuksesan, seperti pepatah mengatakan “hemat pangkal kaya dan boros pangkal miskin”. Dalam kehidupan penduduk Suryalaya banyak yang mengantungkan kehidupannya dengan berdagang dan hidup hemat.
Manisfetasi dari ideology keagamaan
Dalam masyarakat Suryalaya, seseorang yang dihargai dan dihormati yaitu seseorang yang sudah melaksanakan haji, Ustadt, dan Ulama orang-orang tersebut dipandang istimewa bagi pandangan masyarakat Suryalaya. Untuk mendapatkan gelar haji seseorang rela menjual harta kekayaannya guna melaksanakan ibadah haji.
Dalam masyarakat Suryalaya ini selain dimotivasi oleh keinginan untuk memperoleh prestasi moral, tetapi juga adanya keuntungan-keuntungan sosial ekonomi yang dinikmati oleh para haji. Misalnya saja dalam berdagang orang yang melaksanakan ibadah haji lebih dapat dipercaya daripada orang yang belum beribadah haji. Bagi orang yang suydah mampu melaksanakan ibadah haji mempunyai dua keuntungan diantaranya:
• Orang yang mampu melaksanakan ibadah haji terhapus dari perintah wajib atasnya
• Mendapatkan kehormatan dari Allah dan juga dari manusia.
Semangat Berdagang
Jika dilihat dari penjelasan sub judul diatas bahwa bekerja keras untuk memenuhi tuntutan hidup sangat dibutuhkan, karena tidak jarang sering terjadi persaingan antara yang satu dengan yang lainnya, guna memenuhi kebutuhan hidup sehar-hari.Sehingga bayak sekali orang-orang yang melakukan tindakan yang dilarang oleh Agama, seperti banyak terjadi pada saat ini, adanya tindak korupsi yang dilakukan oleh orang- orang yang hanya ingin mementingkan kepentingan dirinya sendiri, sehingga mengabaikan kepentingan orang lain, dan mengakibatkan penderitaan bagi orang banyak.
Pembentuk Etos kerja
Dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia mengakibatkan terajadinya banyak pengangguran, karena berkurangnya lowongan pekerjaan.Belum lagi skil yang mereka miliki sangat minim, sedangkan kebutuhan hidup sehari-hari harus dipenuhi, maka oleh sebab itu kita dituntut harus selalu bekerja keras, sesuai dengan apa yang telah diperintahkan oleh Agama. Dalam hal ini Agama ikut andil dalam kehidupan manusi, karena agama bersifat sosial, dan mengajarkan cara berinteraksi dengan orang lain.Karena tindakan individu sangat berpengaruh dengan individu yang lain.

Keshalehan dan tingkah laku ekonomi, 1995, Yayasan Bentang Budaya, Muhammad Shobary

No comments:

Post a Comment